BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERFORMANSI KERJA
1. Pengertian performansi kerja
Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan performansi. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”. (Ruky:15)
Bernardin dan Russel (1993) Catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu. Performansi kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan.
Suatu penelitian telah memperlihatkan bahwa suatu lingkungan kerja yang menyenangkan sangat penting untuk mendorong tingkat kinerja karyawan yang paling produktif. Dalam interaksi sehari-hari, antara atasan dan bawahan, berbagai asumsi dan harapan lain muncul. Ketika atasan dan bawahan membentuk serangkaian asumsi dan harapan mereka sendiri yang sering agak berbeda, perbedaan-perbedaan ini yang akhirnya berpengaruh pada tingkat performansi. performansi adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.(Rivai & Basri, 2004 ).
Montowidlo (1995) memisahkan performansi kerja dalam dua bagian yaitu task performansi dan contextual performansi. Task performansi adalah pikiran tradisional tentang kemampuan seberapa baik para pekerja melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas khusus, misalnya memadamkan api, mengajar siswa, menulis cerita. Contextual performansi mengukur aspek performansi yang tidak berhubungan dengan tugas-tugas khusus, misalnya sukarelawan memberikan usaha yang lebih bekerja sama mengikuti aturan dan prosedur, mendukung tujuan organisasi, hal ini sama pentingnya dengan performansi kerja
Roberts & Paulak (Riyono,2001) mengemukakan bahwa ada dua tujuan utama penilaian performansi kerja. Pertama, penilaian performansi kerja dilaksanakan untuk mengevaluasi kerja karyawan pada masalalu dalam rangka memberi data yang cukup dan penting untuk pengambilan keputusan personil. Hal ini disebut tujuan evaluasi. Kedua, salah satu strategi yang penting dalam meningkatkan produktivitas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa performansi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika.
2. Aspek-aspek performace kerja
Performansi kerja adalah penilaian yang ditampilkan karyawan mengarah pada pencapaian tujuan yang ditetapkan organisasi.
Menurut munandar (2001),aspek-aspek dalam performansi kerja ada 2 aspek yaitu:
a. perilaku kerja :respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
b. hasil kerja : output yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi performansi kerja
Performansi merupakan suatu hasil kerja yang dilakukan seseorang. (Soegoto, 2007) meliputi:
- Specific: Jelas sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi
- Measurable: mempresentasikan tentang sesuatu dan jelas ukurannya.
- Attributable: Indikator kinerja yang ditetapkan harus bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
- Relevant: Indikator kinerja harus sesuai dengan ruang lingkup program dan dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antar indikator.
- Timely: Indikator kinerja yang ditetapkan harus dikumpulkan datanya dan dilaporkan tepat pada waktunya sebagai bahan pengambilan keputusan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa performansi kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor Specific, Attributable, Measurable, Relevant, dan Timely. Tinggi rendahnya performansi pegawai tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. PENYESUAIAN DIRI
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Scneiders (Astuti, 2003) berpendapat penyesuaian diri dirumuskan dalam pengertian dan ketrampilan dalam mengatasi masalah yang dimiliki individu berbeda-beda sesuai denga tingkat perkembangan serta status dan perannya dalam kehidupan.
Penyesuaian diri yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto berarti sendiri, plastis berarti dibentuk), sedang penyesuaian diri yang kedua disebut penyesuaian diri yang alloplastis (allo berarti yang lain). Penyesuaian diri dengan demikian ada yang bersifat aktif, yaitu apabila individu itu sendiri yang mempengaruhi atau mengubah lingkungan, sebaliknya bersifat pasif apabila kegiatan individu
dipengaruhi lingkungan. Hariyadi, dkk (2003) menambahkan ada beberapa pengertian prinsip tentang penyesuaian diri, sebagaimana dikemukakan berikut ini :
a. Penyesuaian diri merupakan proses menyelaraskan antara kondisi diri
individu sendiri dengan sesuatu objek atau perangsang, melalui kegiatan belajar.
b. Dalam proses penyesuaian diri selalu terjadi interaksi antara dorongan dorongan dari dalam diri individu dengan suatu perangsang atau tuntutan lingkungan sosial.
c. Untuk melakukan penyesuaian diri diperlukan adanya proses pemahaman diri dan lingkungannya, sehingga dapat terwujud keselarasan, kesesuaian, kecocokan atau keharmonisan interaksi diri dan lingkungan.
d. Penyesuaian diri selalu berproses dan berkembang secara dinamis, sesuai dengan dinamika lingkungan hidup dan perkembangan dorongan keinginan individu yang sifatnya autoplastis maupun alloplastis.
Menurut Calhoun dan Acocella (1995) Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi individu yang kontinyu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia individu”. Definisi penyesuaian diri tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian diri dapat digambarkan sebagai usaha individu untuk saling mempengaruhi antara dirinya sendiri, dengan orang lain dan dunia luar atau lingkungannya. Adapun orang lain,menurut Calhoun dan Acocella (1995), mereka berpengaruh besar kepada individu, sebagaimana individu juga berpengaruh besar terhadap mereka. Sedangkan dunia luar atau lingkungannya, penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi ketika individu menyelesaikan urusan, akan mempengaruhi individu, dan individu mempengaruhi mereka.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian penyesuaian diri di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan cara seseorang meleburkan diri dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebagai pemenuhan tuntutan yang berasal dari dalam dan luar dirinya melalui kegiatan belajar dan kematangan emosional.
2. Karakteristik Penyesuaian Diri
Mengenai karakteristik penyesuaian diri, Mahmud (1989:228) yang menyamakan istilah penyesuaian diri dengan adjustment menjelaskan bahwa : ” adjustment yang baik adalah adjustment yang memuaskan motif-motif untuk hidup, sosial dan motif-motif yang lebih tinggi secara bersama-sama dengan tingkah laku dan perbuatan yang efektif dalam dunia nyata”.
Menurut Hariyadi, dkk (2003:146) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya :
a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya.
b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
c. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya.
d. Memiliki perasaan yang aman dan memadai Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya.
e. Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya.
f. Terbuka dan sanggup menerima umpan balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya.
g. Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan sikapnya wajar.
h. Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.
Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa karakteristik penyesuaian diri yang baik, diantaranya adalah :
a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.
b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya termasuk orang lain secara objektif.
c. Memiliki perasaan yang aman dan memadai.
d. Kemampuan bertindak sesuai potensi dan norma yang berlaku.
e. Kemampuan berinteraksi dan memelihara tata hubungan dengan orang lain.
3. Aspek-aspek penyesuaian diri
Pramadi dalam Anima (1996:240) dijelaskan mengenai karakteristik penyesuaian diri dapat dilihat dari :
a. Self knowledge dan self insight, yaitu kemampuan mengenal kekurangan dan kelebihan. Kemampuan ini harus ditunjang dengan emotional insight, yaitu kesadaran diri akan kelemahan, yang didukung oleh sikap yang sehat terhadap kelemahan tersebut.
b. Self objectivity dan self acceptance, yaitu kemampuan untuk bersikap objektif dan menerima kekurangan dan kelebihan diri. Ketidakmampuan menerima diri menjadikan ia tidak dapat mengembangkan diri, dan kadang ia juga melakukan pekerjaan yang tidak realistis karena melebihi kemampuan yang dimilikinya.
c. Self development dan self control, yaitu kendali diri yang berarti mengarahkan diri regulasi diri pada impuls-impuls, pemikiranpemikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai. Kendali diri ini mengembangkan kepribadian ke arah kematangan dan personal achievement, sehingga kegagalan dapat diatasi dengan matang.
C. Komunikasi interpersonal
1. Pengertian komunikasi interpersonal
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa Latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama atau sama makna.
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005).
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana,2000).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
2. Ciri-ciri Komunikasi interpersonal
Menurut Kumar (Wijaya,1987, hal. 39) ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah sebagai
berikut:
a. Keterbukaan (openess): Sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.
b. Empati (Empathy): suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut.
c. Dukungan: Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan.
d. Perasaan Positif (Positiveness): dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.
e. Kesamaan (Equality): Sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan dengan pendengar sebagai penerima pesan mencapai kesamaan dalam arti dan pesan komunikasi.
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004)
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah
e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya.
D. HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERFORMANSI KERJA
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005). Kedalaman dalam pengungkapan diri tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Situasi yang menyenangkan dan perasaan aman dapat membangkitkan seseorang untuk lebih mudah membuka diri. Selain itu adanya rasa percaya dan timbal balik dari lawan bicara menjadikan seseorang cenderung memberikan reaksi yang sepadan (Raven dan Rubin dalam Dayakisni, 2001).
Apabila seseorang mempunyai tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi, akan menciptakan kondisi yang baik sehingga berpengaruh pada performansi kerja. Jadi semakin baik komunikasi interpersonal seorang karyawan maka performansi kerja tinggi, sebaliknya seorang karyawan yang komunikasi interpersonal rendah, maka kecenderungan performansi kerjanya akan semakin rendah.
E. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN PERFORMANSI KERJA
Scneiders (Astuti, 2003) berpendapat penyesuaian diri dirumuskan dalam pengertian dan ketrampilan dalam mengatasi masalah yang dimiliki individu berbeda-beda sesuai denga tingkat perkembangan serta status dan perannya dalam kehidupan.
Apabila seseorang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang tinggi, akan menciptakan kondisi yang baik sehingga berpengaruh pada performansi kerja. Jadi semakin tinggi kemampuan penyesuaian diri seorang karyawan maka performansi kerja tinggi, sebaliknya seorang karyawan yang penyesuaian diri rendah, maka kecenderungan performansi kerjanya akan semakin rendah.
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Ada Hubungan Antara kemampuan Komunikasi Interpersonal Dan Kemampuan Penyesuaian Diri Dengan Performansi Kerja. Artinya semakin baik komunikasi interpersonal dan kemampuan penyesuaian diri maka semakin tinggi pula performansi kerja karyawan begitu pula sebaliknya.